Dengan pertimbangan agar tidak ada warga Desa
Kelaci yang menjadi korban pertempuran dengan Belanda,
Gusti Ngurah Rai dan Pasukan
Ciung Wanara kemudian pindah lokasi ke area persawahan Uma Kaang.
"Jadi ada perintah pindah dari Pak Ngurah Rai dari area Desa
Kelaci ke area persawahan Uma Kaang yang juga masih berada di wilayah Desa Kelaci. Pada 20 November pasukan
Ciung Wanara sejumlah 96 orang sudah siap menghadapi Belanda, dan Belanda sudah mendekati area pertempuran. Pasukan Belanda dari Denpasar juga didatangkan, pasukan Ciung Wanara dikepung daerah sini (Uma Kaang)," jelas Gede Putu Abdiyasa, pemandu dan petugas museum Taman Pujaan Bangsa (TPB)
Margarana,Tabanan, saat berbincang dengan Beritabali.com belum lama ini.
Pilihan Redaksi
Polisi Bekuk Residivis Pencuri Pistol Kapolsek Negara Sat Narkoba Polres Klungkung Bekuk 3 Orang Saat Pesta Sabu di KosKasus Tewasnya SPG di Penginapan, Gustu Dijerat Pasal BerlapisTersangka Ngaku "Gigolo Freelance", Kelamin Korban Bengkak dan Luka Robekv>
Kolonel
Gusti Ngurah Rai memilih area persawahan Uma kaang karena posisinya lebih tinggi dibanding lokasi lain. Lahan persawahan di dataran tinggi itu ditanami jagung dan ketela rambat seluas 9 hektar.
"Kenapa dipilih lokasi yang lebih tinggi, karena efektif untuk jarak tembak. Terbukti pada pertempuran paginya pasukan Belanda dipukul mundur dan banyak yang tewas. Pasukan Belanda kemudian mundur dari arena pertempuran," kata Abdiyasa.
Kalah di pagi hari, pasukan Belanda kemudian menyerang lagi di siang hari dengan serangan pasukan yang lebih besar. Tapi karena
Gusti Ngurah Rai sudah mengatur strategi perang dengan baik, serangan pasukan Belanda di siang hari ini kembali berhasil dipatahkan oleh pasukan
Ciung Wanara.
"Siangnya (pasukan Belanda) dipukul lagi, pasukan Belanda kemudian mundur lagi sampai Pasar Marga," ujar Abdiyasa.
Karena perlengkapan perang Belanda yang lebih canggih, pada sore harinya Belanda mengirim pesawat "capung" pengintai untuk mengetahui keberadaan pasukan Ciung Wanara
Gusti Ngurah Rai yang bertahan di area persawahan Uma Kaang Desa
Kelaci.
[bbn/psk]
Penulis : Humas Gianyar
Editor : Putra Setiawan